Selanjutnya
di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian bawah Anggota A yang
didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik dolostone berlapis baik.
Sedangkan dibagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari
batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang
siur, serta laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan
kandungan koral dan fission track yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak
formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan sebagai
kantak disconformable (Ufford, 1996).
Formasi
Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan sisipan
batubara, dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai lingkungan delta, dan
secara stratigrafi formasi ini ditindih secara selaras oleh Formasi Tipuma.
Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan fosil brachiopoda yaitu
Perm.
Di
daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur
Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal
sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA)
yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut disebut
Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit dan kuarsit. Formasi ini di
sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur Karbon yang
disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk,
1982).
Selanjutnya
Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar
Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat
dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang
taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik.
Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma
yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
Mesozoikum
Formasi
Tipuma terdiri dari batulempung yang berwarna merah-kehijauan dan batupasir
kasar sampai halus yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar
550 meter. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan
diendapkan dilingkungan supratidal.
Di
daerah Kepala Burung, Formasi Tipuma ditutupi secara tidak selaras oleh
Kembelangan Grup yang tak terpisahkan, dimana pada bagian atasnya di sebut
Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan batulempung karbonatan;
sedangkan di daerah Leher dan Badan Burung Kembelangan Grup dapat dibagi
menjadi 4 Formasi yaitu dari bawah ke aas adalah Formasi Kopai (batupasir
dengan sisipan batulempung), Formasi (batupasir),
Formasi Paniya (batulempung) dan Formasi Eksmai (batupasir).
Kenozoikum
Grup
Batugamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke muada
adalah sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan
Formasi Kais.
Formasi
Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa
diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di
atas formasi ini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari
batugamping berlapis tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera,
batugamping lanauan dan perlapisan batupasir kuarasa dengan ketebalan sampai 5
meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500 meter.
Formasi
Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan
sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari
batuan karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil
foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur Eosen.
Formasi
sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Faumai, terdiri dari
batupasir kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengnadung fosil foraminifera,
dan batuserpih yang setempat kerikilan. Formasi Sirga ditafsirkan sebagai
endapan fluvial sampai laut dangkal dan berumur Oligosen Awal.
Formasi
Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama
tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau,
batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal
Miosen sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500
meter.
Miosen
sampai Recent.
Pada
Miosen sampai recent, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal sebagai
Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan
litologi, yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter.
Ketiga formasi tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru
yang dijumpai di daerah Badan Bururng pada bagian bawahnya menjemari dengan
Formasi Klasafat. Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari
batupasir lempungan dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi
Klasaman dan Steenkool.
Endapan
aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir,
terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari
rombakan batuan yang lebih tua.
|