SELAMAT DATANG DI WEB SITE DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI
 

 

SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU 2005

Prospek Mineral

[ Home ] [ Up ]  [Fisiografi] [Stratigrafi] [Sejarah Geologi] [Setting tektonik]

 

Up
PERATURAN
GALERI PETA

 

DAERAH PROSPEK WABU

Daerah Prospek Wabu terletak 45 km di utara Tembagapura dan bersebelahan dengan desa Bilogai dan Sugapa. Daerah Prospek terletak pada kisaran ketinggian 2000 sampai 2950 meter. Tidak ada jalan darat maupun sungai yang dapat dimanfaatkan dalam pencapaian lokasi ini kecuali sebuah landasan pacu dari kerikil yang terletak dekat desa Bilogai.

Prospek Wabu terletak di sebelah selatan Sesar Derewo, yang berarah timur-barat yang memisahkan batuan filit dan sabak dari Komplek Metamorf Derewo di sebelah utara dengan serpih, karbonat dan batupasir dari Kelompok Kembelangan dan Batugamping “New Guinea” di sebalah selatan. Ke arah selatan dari patahan utama ini, secara regional batuan sedimen cenderung berarah 120O dan terlipat-lipat membentuk sinform yang luas dengan kemiringan yang curam ke arah utara. Lebih ke arah selatan, di daerah Minjauh, diendapkan secara tidak selaras sekuen piroklastik lanjutan di atas batuan sedimen ini.

Pemetaan terdahulu yang dilakukan oleh I. Kavaliris di sebelah barat dan tengah punggungan Wabu, disimpulkan bahwa adanya dua zona struktur yang secara umum disebut Lempengan Bagian Atas (upper plate) dan Bawah (lower plate). Lempengan Bagian Atas terdiri dari sekuen batugamping, lanau gampingan, serpih hitam, hornfels dan/atau garnet skarn yang membentuk struktur geologi yang kompleks. Sedangkan lempengan bagian bawah terdiri dari garnet skarn, berselingan dengan hornfels silikaan dan marmer yang secara geologi relatif sederhana dengan kecenderungan arah timur-barat dan kemiringan sedang sampai curam ke arah utara. Batas ketiga unit tersebut belum jelas ditinjau dari struktur dan geometrinya, walaupun demikian zona mineralisasi dari BO-09 dan Zona M2 di zona tengah dianggap terpisah dan terpotong, hal ini menyebabkan sulitnya menyimpulkan kontrol mineralisasi untuk menentukan kemungkinan adanya zona mineralisasi lain yang berdekatan.

Sebuah batuan intrusi berukuran 12 x 2 km telah menerobos batuan sedimen disekitar punggungan Wavu dan mungkin sebagian dikontrol oleh zona Patahan Derewo. Komplek terobosan ini terdiri dari beberapa fase dengan komposisi bervariasi dari diorit-syenodiorit-monsodiorit. Apopise dari terobosan ini menerobos kedalam batuan sedimen sehingga menyebabkan proses metasomatisme atau ubahan dan mineralisasi yang kuat.

Beberapa generasi persesaran terjadi di daerah prospek. Sesar naik dengan sudut landai telah teramati dan mungkin merupakan kontak antara lempengan atas dan bawah yang disebut diatas. Bentuk struktur ini kompleks, dengan bukti pergerakan ke bawah yang termuda sepanjang patahan normal yang memisahkan skarn dan kemungkinan zona-zona mineralisasi. Zona alterasi, magnetik  dan bentuk topografi dengan arah timur laut dan barat laut disimpulkan adanya struktur geser (cross structure) di daerah ini. Beberapa struktur ini telah teramati di lapangan dan pada inti pemboran dan beberapa mungkin menentukan batas metasomatisme dan/atau kontak malihan.

Alterasi telah dikenali pada komplek terobosan maupun unit sedimen. Batuan terobosan telah mengalami ubahan hidrotermal selama dua fase alterasi yang berbeda. Inti dari kompleks terobosan terletak dekat dengan sesar Derewo menunjukkan kumpulan alterasi propilitik lemah yang didominasi oleh klorit, epidot dan kuarsa. Zona alterasi yang lemah ini berbatasan ke arah selatan dengan  zona alterasi filik yang tak beraturan terdiri dari lempung-pirit-silika yang menimpa ubahan propilitk yang terbentuk lebih awal. Sulfida terbentuk sebagai urat-urat kecil dan tersebar dengan prosentase pirit mencapai 5%. Pirit merupakan sulfida yang dominan dan berasosiasi dengan sdikit galena, spalerit dan kalkopirit. Intrusi dengan alterasi filik selalu mengandung “roofpendant” dari hornfels-karbonat-silikat dengan sedikit skarn.

Batuan sedimen gampingan menunjukkan berbagai tingkat alterasi metasomatis berdasarkan kandungan karbonat batuan asalnya. Zona alterasi silikatan dipetakan sangat luas dan dapat diikuti paling tidak sampai 10 km, berkembang pada daerah kontak dengan komplek terobosan alterasi filik. Bersisian dengan kontak terobosan adalah lapisan hornfels silikatan dengan lensa-lensa skarn, dengan kisaran ketebakan 100 – 400 meter, yang tersingkap dengan baik karena ketahanannya pada pelapukan. Unit batuan ini mengandung banyak pirotit, pirit, magnetit, arsenopriti dan spalerit yang dijumpai sebagai urat-urat retakan, sebaran atau penggantian yang dapat mencapai ketebalan 25 m. J. MacPherson menginterpretasikan kontrol mineralisasi emas di zona tengah, yang menunjukkan lapisan pembawa emas, mempunyai variasi kemiringan 45o – 50o ke arah utara sampai horisontal dengan berbagai bentuk dan atau pengayaan kandungan emas dan juga pemekaran ukuran akibat struktur regional yang berarah utara-timur laut yang memotong kemudian.

Zona emas yang hampir datar mungkin berhungan dengan zona sulfida yang juga hampir datar dan konsisten sepanjang punggungan Wabu. Kandungan emas yang lebih baik umumnya berasosiasi dengan sulfida pembawa bismut dan arsenopirit, kemudian dengan seng dan magnetit dan tampaknya terlokalisir dalam skarn sepanjang bidang yang terlipat kuat, dengan kontak marmer.

Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia cadangan emas tereka yang ada di daerah Wabu adalah sebesar + 116 juta ton bijih dengan kandungan Au rendah. Dari hasil pemboran diketahui bahwa pada BO401 sampai kedalaman 203 meter dijumpai adanya 4 lapisan batuan yang mengandung emas dengan ketebalan total 27 meter dengan kandungan emas berkisar dari 0,97 gram/ton sampai 5,13 gram/ton. Pada BO402 dijumpai lapisan tunggal setebal 45 meter dengan kandungan emas 2,59 gram/ton.

 DAERAH PROSPEK PAGANE

Litologi yang tersingkap di daerah Pagane berupa endapan kolovium kuarter, unit lahar vulkanik, Batugamping New Guinea, Kelompok Kembelangan. Ke utara  dari daerah Pagane adalah Komplek Metomorf Derewo. Kedudukan dari kolovium kuarter dipengaruhi oleh topografi yang rendah disebabkan adanya re-aktivitas zona sesar E-W (Timur – Barat) dan Zona Sesar NE-SW (Timur Laut – Barat Daya). Lahar breksia secara tidak selaras terendapkan di atas Kelompok Batugamping New Guinea dan Kelompok Kembelangan.  Batuan sedimen diintrusi oleh mikrodiorit hornblende-biotit pophyritic.

Rebreksiasi dan alterasi retrograde skarn disebabkan oleh larutan yang memasuki celah pada pertemuan dari jurus zona sesar WNW-ESE dan jurus Zona Sesar NE. Phylic-tourmaline breccia kadang-kadang hadir berasosiasi dengan intrusi diorite yang memotong. Magnetit-hematit yang berhubungan dengan endoskarn dan urat-urat breksia pada intrusi hadir di zona yang menjurus NE-SW (Timur Laut – Barat Daya), khususnya zona BO50. Larutan bertanggung jawab terhadap proses metasomatik yang juga disertai breksiasi hidrotermal dan breksiasi urat kuarsa stock-work.

Evaluasi struktur memperlihatkan bahwa bagian timur Wabu berupa lipatan antiklinal megaskopik yang berubah ke arah atas dari bentuk konsentrik ke bentuk gelembung.  Adanya bukti yang menyimpulkan bahwa suatu patahan naik  utama yang memisahkan antara sayap bagian utara dan selatan dari lipatan dan membajinya unit garnet skarn masif disebabkan oleh pensesaran “overthrusts” dengan penggantian dari batuan awal skarn pada bagian “hanging Wall” yang terpotong. Dari contoh batuan paritan uji di daerah Pagane, perubahan serisit+pirit pada intrusi di daerah tersebut berkaitan dengan adanya nilai kandungan emas. Sebagian alterasi pilik dipotong oleh alterasi mineral lempung. Zona skarn berkembang di bagian tepi dari alterasi pilik. Mineralisasi tembaga terbentuk pada endoskarn yang bersumber dari larutan hidrotermal. Dari hasil pemboran pada lubang BO20 dijumpai adanya lapisan batuan yang mengandung emas dengan kadar 14,33 gram/ton. Analisa terhadap inti pemboran di lubang lubang lain terus dilaksanakan sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih detail dari daerah prospek ini.

DAERAH PROSPEK HOLOMANA

Daerah Prospek terletak 7 kilometer arah timur laut dari Bilogai. Untuk mencapai daerah ini diperlukan sarana helikopter. Prospek Holomana dikenali d+ari adanya anomlai emas pada contoh endapan sungai yang mencapai 2,46 gram/ton, konsentrat dulangan yang mencapai 46,03 gram/ton, contoh singkapan batuan dan batuan lepas yang mencapai 0,86 gram/ton dan contoh dari paritan uji sedalam 2 meter yang mencapai 34,20 gram/ton.

Kelompok batuan yang tersingkap di daerah ini mencakup batuan Pliosen (5 – 6 juta tahun) yaitu batuan beku hipabisal (?) bertektur porfiritik dan tufa serta breksi polimik dari kelompok batuan gungapi, bayugamping mikritan dengan urat kalsit dari kelompok batugamping New Guinea  bagian atas (?), batulanau gampingan dengan hancuran menyerpih yang mungkin merupakan bagian atas Kelompok Kembelangan atau bagian bawah batugamping New Guinea, batulempung hitam dengan fosil amonit, batugamping hitam dan batupasir glaukonitan dari Kelompok Kembelengan.

Pada dasarnya ada dua tipe batuan beku di daerah ini, yaitu : (1) tubuh batuan terobosan diorit bertekstur porfiri berwarna kehijauan dengan biotit, plagioklas dan penokris hornblende tertanam dalam masadasar afanitik berwarna abu-abu dan (2) batuan gunung api berupa tufa dan breksi gunung api polimik. Batuan gunungapi setempat nampaknya terubah (masa dasar dan fragmen gunungapi terbah menjadi pirit-serisit-silika). Diorit porpiri biasanya memperlihatkan alterasi karbonat yang lemah sampai sedang dan dicirikan oleh magnetik yang lemah.

Di tepi utara daerah ini terdapat sesar Derewo yang berarah Barat-Timur, sesar tersebut membatasi batu filit dan batu sabak dari Metamorf Derewo dengan batuan gunungapi, batuan terobosan dan batuan sedimen di selatan sesar. Di bagian timur, batulanau pembawa fosil belemenit dijumpai berbatasan dengan batuan beku sepanjang sesar geser berarah 350o  . Pemetaan didaerah tersebut menunjukkan bahwa batuan sedimen yang diterobos oleh diorit dan mendasari batuan gunungapi adalah batugamping, batulanau dan batulempung.

Penerobosan batuan beku dikontrol oleh patahan-patahan tegak berarah Timurlaut – Baratdaya yang memperlihatkan sedikit pergeseran kekiri. Patahan setempat ini menunjukkan arah Timur-Barat yang besar, merupakan sesar naik dengan kemiringan ke utara pada tepi selatan daerah ini, Sesar naik ini dicirikan oleh breksi sesar yang terdiri dari fragemen berukuran besar berbentuk menyudut (sampai 1 meter), yaitu batugamping mikritan dengan urat kalsit dari kelompok batugamping New Guinea dan komponen yang berukuran lebih kecil (biasanya < 6 cm) yaitu batulempung dari Kelompok Kembelangan. Bagian “foot wall” sesar naik ini adalah batugamping mikritan dari kelompok batugamping New Guinea, sebaliknya “hanging wall” nya terdiri dari batulempung, batugamping lempungan dan batupasir glaukonitan dari kelompok Kembelangan, serta batulanau gampingan  dengan fragmen hancuran yang mungkin merupakan bagian dari kelopok Kembelangan Atas atau kelompok bagumaping New Guinea bagian bawah. Tidak dijumpai adanya batuan terobosan di selatan sesar naik ini.

Diorit porfiri berwarna abu-abu kehijauan umumnya teralterasi oleh karbonat dan sedikit magnetit, sedangkan batuan gunungapi setempat terubah oleh silika-pirit-serisit dan tidak bersifat magentik. Batuan itu kemudian terubah lagi menjadi lempung (clay).

Keterdapatan Au-Cu-Pb-Zn  dengan nilai tinggi di dalam kelompok Batugamping New Guinea sebagaimana tercermin dari hasil pemboran pada lubang HL07-1 dan HL07-2 yang mengandung lapisan batuan dengan tebal total 18 meter dengan kandungan emas sebesar 29,39 gram/ton diinterpretasikan sebagai bagian tepi atau bagian atas dari sebuah sistem propiri. Sebagai tambahan, batulanau gampingan-batulempung dan batugamping dari kelompok batugamping new guinea yang tersingkap di daerah ini mungkin dapat diperkirakan  sebagai sumber dari mineralisasi skarn, dimana terdapat kontak dengan porfiri diorit. Pengutupan Terimbas metode dwi kutup berpasangan mengindikasikan bahwa di daerah ini terdapat anomali logam.

DAERAH PROSPEK DUWABU

Daerah Duwabu terletak 6 km dari km sebelah timur Desa Bilogai, mempunyai elevasi dari 2300 sampai 2700 meter. Prospek Duwabu teramati pertama kali dari hasil sapling geokimia berupa konsentrat dulangan yang mengandung Emas sebesar 4,82 ppm, 165 ppm Cu, 1379 ppm Pb dan 1091 ppm Zn.

Prospek Duwabu di bagian Utara dibatasi oleh Patahan Derewo yang berarah Barat-Timur. Zona Patahan ini secara tektonik memisahkan antara batuan Mesozoik-Kenozoik Kelompok Kembelangan di bagian selatan dan Metamorfik Derewo di Bagian Utara. Beberapa sesar naik yang berarah Barat Utara Barat – Timur Selatan Timur beimbrikasi membentuk lembar-lembar terjadi di dalam Kemompok Kembelangan. Bagian utara daerah ini ditutupi oleh Batulempung hitam dari kelompok Kembelangan. Unit ini berjurus baratlaut dengan kemiringan sedang ke arah timurlaut, dan semakin curam mendekati patahan Derewo. Retas diorit hornblende-biotit porfiri menerobos daerah ini sejajar dengan perlapisan. Ke arah selatan, lapisan-lapisan batulempung gampingan, batulanau, batugamping dan batupasir glaukonitan menyusun daerah ini. Perlapisan-perlapisannnya berarah barat atau baratlaut dengan kemiringan sedang ke arah timurlaut. Satuan gunungapi terdiri dari breksi gunungapi, tufa dan lava bersifat andesitik secara tidak selaras menutupi Kelompok Kembelangan di sebelah selatan prospek,

Alterasi klorit+ pirit-lempung dipetakan pada satuan batuan gunungapi. Di bagian utara silika-pirit-serisit dan alterasi lempung, dicatat di sepanjang baratlaut retas fiorit. Batutanduk karbonat-silikatan teramati secara setempat-setempat pada bagian kontak dengan intrusi, Alterasi berasosiasi dengan timah hitam, seng, tembaga dan mineralisasi emas.

Dari hasil analisa conto paritan uji dan conto tanah terdapat nilai yang menarik di area tersebut. Anomali Pb+ Zn-Cu terdapat di selatan. Batuan di daerah +tersebut adalah Diorit – mikrodiorit (?) dengan ubahan silika menunjukkan nilai As+Sb+Ag yang cukup tinggi. Pemetaan di sekitar H# 51 menunjukkan adanya zona ubahan silika secara intensif yang berasosiasi dengan anomali geokimia logam dasar dan emas. Singkapan diorit berbutir kasar sampai sedang di daerah ini kemungkinan berhubungan dengan ubahan, meskipun intrusi itu sendiri hanya mengalami ubahan secara lemah.

DAERAH PROSPEK MINJAUH

Daerah Minjauh terletak di selatan Prospek Wabu, elevasinya bervariasi dari 220 meter sampai dengan 2800 meter. Prospek Minjauh ditutupi batuan vulkanik dan kontak dengan sedimen kelompok New Guinea di bagian selatan, terletak pada daerah anjak utara bagian selatan patahan Derewo.

Daerah seluas 5 km2 tersusun oleh batuan volkaniklastik dan andesit lelehan yang memperlihatkan alterasi silika+ lempung dari lemah hingga kuat dengan kontrol patahan. Paling tidak terkesankan satu deposisi hiatus oleh adanya ketidakselarasan antara volkaniklastik  sub-marin yang bercirikan perlapisan silang , turbiditik yang mempunyai perlapisan tipis yang telah didepositkan di atas satuan sub aerial aliran lava biotit hornblende porfiritik dengan ketebalan melebihi 400 m. Lebih jauh ke dalam sekuen volkaniklastik dapat juga dilihat lahar dan tufa terelaskan. Kombinasi dari dua sekuen tersebut mengesankan suatu lingkungan pantai. Batubara (sangat jarang) yang juga terobservasi mengesankan deposisi yang cepat dari material gampingan. Kenaikan tekanan piroklastik dan panas dari dekat intrusi menghasilkan proses pembatubaraan. Satu tubuh syenit hornblende-biotit-plagioklas porfiri intrusif dengan masa dasar magnetit biotit-plagioklas-opaq dan kuarsa minor yang secara tidak selaras menutupi kompleks vulkanik tersingkap di daerah tersebut.

Daerah ini terpotong oleh patahan anjak mendatar berarah timur barat dan miring ke utara pada bagian utara. Patahan utama ini menyebabkan strain orde kedua  yang menghasilkan banyak patahan lateral timur utara timur dan barat utara barat. Pada bagian utara batulanau gampingan dan batugamping dari kelompok New Guinea tersingkap pada kontak patahan anjak dengan  volkanik pada bagian selatan.

Silika lempung dan atau silika-lempung-serisit-klorit dijumpai terkontrol oleh patahan atau rekahan. Hal ini mengesankan bahwa patahan dan perekahan terjadi sebelum alterasi. Hasil soil sampling mengindikasikan nilai tinggi Ni dan Cu dengan lebar 400 meter berarah barat laut dengan sedikit zona Pb dan Zn, Mo dan Ag yang bernilai tinggi dijumpai secara lokal. Zona ini sejajar dengan patahan dalam berarah baratlaut. Patahan ini mungkin merupakan jalan bagi intrusi dalam yang telah disebutkan. Pola lain dari anomali adalah nilai tinggi Cu-Pb-Zn, yang ditemui pada bagian utara dengan panjang 600 meter dan lebar 200 meter. Pola ini sejajar dengan batas sedimen-volkanik dan atau patahan anjak.

DAERAH PROSPEK MANDOGA

Prospek Mandoga berlokasi di selatan sungai Kemabu, mempunyai ketinggian 2500-3000 meter. Letak daerah ini 15 km selatan Bilogai dan ditengah-tengah lubang vulkanik dengan  lebar 2 km2 (diduga sebuah diaterma) pada kontak sejajar dari ainoid limestone (New Guinea Limestone Group) dan Formasi Kembelangan. Di daerah ini tidak ada sarana jalan dan hanya dapat vditempuh dengan jalan kaki lewat ranngakain jalan setapak.

Batuan dasar di daerah Mandoga adalah perselingan batupasir, batulanau, pelite karbonatan dan dirty limestone dari Kembelangan Group. Secara struktur sejajar dengan Kembelangan Group, adalah lipatan tebal batugamping berfosil (Nummulites) mikritik dari anggota Ainod pada Kelompok Batugamping New Guinea. Batupasir berbutir halus, batulanau dan batulanau karbonatan sebagai batuan dinding dari mana Prospek Mandoga berasal diniterpretasikan berasal dari Mesozoic Kembelangan Formation tetapi lebih tepat bahwa batuan dinding tersebut berasal dari batupasir karbonatan yang telah terbentuk menjadi pasiran yang membentuk lapisan anggota Ainod dari Batugamping New Guinea.Di daerah Grasberg/Ertzberg mesozoic Kembelangan Silstone tidak pernah karbonatan, tetapi pasiran penyusun lapisan anggota Faumai (Batugamping New Guinea) adalah karbonatan. Perubahan fasies dan alterasi karbonat dapat diperhitungkan sebagai sumber karbonatan dari batulanau/batupasir di Prospek Mandoga. Mandoga diinterpretasikan sebagai sebuah pelebaran bagian sumbat vulkanik “high level”, mungkin sebuah diatrema, berdiameter sekitar 1000 meter dengan luas 1,4 – 2 km.

Sumbat vulkanik “high level” adalah hasil intrusi dua jenis dike trachyandesite yang dalam klasifikasi batuan beku disebut syebit atau trasit. Breksia diatrema akhir menjadi pecahan dari kedua dike, sebagaimana breksia awal dan endapan batuan didnding mengalaminya.

Kumpulan metamorfosa kontak derajat rendah berkembang dalam breksia, siliklastik endapan Kelompok Kembelangan, dan tahap awal mineralisasi porphyrityc batuan beku di Mandoga. Intrusi high-level di Mandoga hampir selalu tidak disebabkan oleh metamorfosa kontak. Intrusi tersebut jika ditinjau dari ukuran kecil tanpa adanya variasi sistematik tingkat memorfik yang mendekatinya, dan mereka sendiri adalah hasil metamorfosa kontak.

Pada dasarnya alterasi dan mineralisasi dikontrol oleh porositas-permeabilitas pada batuan dan struktur rekahan dan breksiasi pada porphyry (trachyte/syenite). Dijumpai zonasi eksternal yang bersih dan dapat dibedakan secara pasti menuju plug/diatrema yang diharapkan pada asosiasi sistem alterasi yang berkembang baik dengan kerumitan struktur, dan kemenerusan aktivitas hidrotermal diindikasikan oleh pelebaran anomali geokimia dan endapan sulfida yang mendukung keberadaan di dalam daerah dengan  aktivitas magmatik yang signifikan.

Mineralisasi Cu-Au semakin berkembang di Mandoga dan dibatasi ke zona alterasi skarn dalam breksia dan daerah yang berkembang tiff yang menjari. Secara petrografi mineral sulfida yang dikenali terdiri atas chalcopirit, bornite, pyrite, pyrrhotite dan asrnopirit. Magnetit dan hematit sering berasosiasi. Au dipikirkan berasosiasi dengan fase Cu-Sulfida.

Skarn metasomatisme sekali-sekali ditemukan tetapi berkembang luas di breksia di Prospek Mandoga. Mineral skarn yang dikenali adalah granet, magnetit, hematit, clinopiroksen dan allanite. Alterasi skarn secara istimewa hadir di dalam breksia sebagai batuan induk berupa komponen matriks. Breksia adalah hasil ubahan jauh lebih kuat di dalam batuan vulkanik. Bagian tepi mineralisasi Pb/Zn/Ag berada di selatan dari Mandoga meungkin hadir kembali Gossan yang berkembang di tas struktur yang dikontrol oleh skarn mendatar yang menyerupai model “Big Gossan”.

Mineralogi penyusun komposisi Cu-Fe mengklasifikasikan skarn Mandoga sebagi model percampuran antara tembaga-emas skarn dari Ertzberg dan Big Gossan, dan tidak menunjukkan hubungan yang dekat dengan skarn emas seperti di Wabu.

ENDAPAN NIKEL DI PULAU GAG

Lokasi dan Kesampaian daerah.

Pulau Gag adalah suatu pulau yang berbentuk relatif oval yang terletak di Kepaluan Raja Ampat, Kabupaten Raja Ampat. Secara astronomis terletak pada 129o53’00” BT dan 0o25’00” LS . Pulau tersebut terletak kurang lebih 160 Km dari Kota Sorong. Lokasi tersebut dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor ataupun pesawat terbang. Jika ditempuh  dengan perahu bermotor (Speed boat) akan memakan waktu selama 2,5 – 4 jam dari Kota Sorong.  Sedangkan jika memakai pesawat terbang, akan ditempuh kurang dari 35 menit. Pulau tersebut berukuran kurang lebih 11,5 km x 8 km .

Pulau Gag beriklim tropis dengan temperatur udara rata-rata  29,2  oC – 35,7 oC dan kelembaban udara relatif tinggi. Iklim Tropis ini dipengaruhi oleh angin pasat timur laut yang terjadi pada bulan desember sampai bulan april dan amgim pasat selatan  pada bulan Juli sampai September.Musim hujan biasanya dimulai pada bulan Oktober dan meningkat pada bulan Desember hingga bulan Januari danb berlanjut hingga bulan April, hal ini membuat Pulau Gag mempunyai curah hujan yang cukup tinggi, yaitu berkisar 200 mm – 600 mm per bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret.

Pulau ini menjadi terkenal, sejak ditemukan adanya endapan nikel yang cukup besar oleh PT Pasifik  Nikel pada tahun 1969. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan yang dilakukan oleh PT Gag Nikel, suberdaya jumlah cadangan endapat laterit nikel di Pulau Gag adalah sebesar 262 juta ton, dengan kadar rata-rata Nikel sekitar 1,32% dan Cobalt sebesar 0,11%.

Keadaan Geologi Gag dan Mineralisasi Nikel

Pada dasarnya logam nikel (Ni) dapat dikategorikan sebagai logam baru, baik ditinjau dari segi pengenalannya mapun penggunaanya dalam industri. Biasanya nikel dipakai sebagai bahan campuran dalam menghasilkan logam yang mempunyai sifat anti karat, tahan terhadap gesekan, tahan terhadap perubahan temperatur mendadak serta mempunyai sifat elastisitas yang tinggi.

Secara geologis, batuan ultra basa diketahui mengandung sejumlah kecil nikel yang terikat dengan silika. Oleh karena adanya proses pelapukan batuan, maka ikatan tersebut mudah terurai sehingga akan terjadi penghilangan silikat di satu sisi, dan terjadi pengkayaan nikel pada lapisan atau horison tertentu pada hasil pelakukan batuan tersebut. 

Secara garis besar litologi yang penyusun Pulau Gak terdiri atas dua jenis yang sangat berbeda karakteristiknya, bagian selatan pulau tersebut didominasi oleh batuan ultrabasa jenis harzburgite yang berumur Miosen, sedangkan di bagian utara tersusun oleh batuan vulkanik jenis andesit yang berumur tersier dan sedikit batugamping yang berada di pesisir pantai.

Keberadaan pulau Gag banyak dipengaruhi oleh struktur geologi yang cukup komplek sebagai akibat dari letak pulau yang berada pada zona sesar Sorong yang cukup aktif. Hal ini mengakibatkan batuan yang berada diderah tersebut mengalami proses pengkekaran yang sangat intensif, sehingga mengakibatkan resistensi batuan terhadap proses pelapukan menjadi menurun, sehingga terjadi proses pelapukan yang cukup intensif, utamanya pada batuan ultrabasa.

Hasil pelapukan ultrabasa yang merupakan endapan nikel laterit pada umumnya mempunyai profil sebagai berikut:

  • Soil, berumur muda dan terletak di bagian paling atas zona pelapukan, berwarna gelap karena kehadiran Fe sebagai penutup. Ketebalam bervariasi 0,75 – 1 meter. Kandungan Fe antara 40 –43%, Al203.antara 6 – 8%. Pergantian lapisan ini ditandai oleh perubahan warma dam semakin berkurangnya material organic serta ukuran butir menjadi lebih halus menuju ke ukuran lempung.
  • Limonite, berumur muda mempunyai ketebalan bervariasi antara 0,80 m – 5,5 m, berwarna coklat dan mengandung mineral hematite, mengandung Fe dengan kadar sedang sampai tinggi, terdapat lempung goethite dengan kadar kelembaban tinggi. Kandungan Kandungan Fe antara 43 –45%, Al203.antara 5 – 7%. Pada daerah  peralihan ke Zona Parolite dicirikan oleh perubahan warna tanah.
  • Ferroginous Saprolite (FESA), mempunyai ketebalan bervariasi 2 - 6  meter ,  berwarna orange kecoklatan terang. Tekstur  batuan mulai nampak, kuarsa mulai dalam bentuk urat-urat kuarsa yang mengisi rekahan-rekahan, mengandung   Fe antara 20 –42%, Al203.hadir dalam jumlah yang sedikit, Nikel mulai hadir dengan kadar 1,2 – 1,72 % yang merupakan zona ekonomis. .
  • Saprolite, mempunyai ketebalan bervariasi antara 1,00 – 6,50 meter, berwarna abu-abu - kuning muda, nampak bolder-bolder batuan dasar yang telah mengalami pelapukan 20 – 50%, namun material halus masih dominan. Zona ini mengandung Nikel paling banyak dengan kadar 1,7 – 1,8 %. Rekahan terisi kuarsa dan mineral Ganerite. Zona ini merupakan Zona yang paling ekonomis.
  • Sepentinized Harzburgite, berwarna coklat hijau kehitaman, sudah mengalami pelapukan tinggi, pada zona ini Harzburgite telah mengalami serpentjnisasi hingga 75%. Ketebalan tidak teridentifikasi, kandungan Ni dan Co mulai menurun karena itu tidak ekomis lagi. Kandungan MgO dan SiO2 mulai meningkat   dengan kadar 20 – 35%.
  • Harzburgite, zona ini berwarna hitam kehijaun, batuan umumnya segar hingga sedkit lapuk. Rekahan-rekahan terisi oleh kuarsa dan mineral Ganerit. kandungan Ni dan Co sangat sedikit,  Kandungan MgO dan SiO2 mulai melimpah antara 35 – 38%  karena itu tidak ekonomis lagi.

Rencana Penambangan Endapan Nikel di Pulau Gag

Eksplorasi Nikel di Pulau Gag mempunyai sejarah yang cukup panjang. Di mulai pada tahun 1969 sampai tahun 1982 oleh PT Pasific Nikel Indonesia. Eksplorasi ini kemudian dilanjutkan oleh Queensland Nikel (QN) anak perusahaan dari Dallhold Nickel Management pada tahun 1986 sampai dengan 1990. Kegiatan eksplorasi, kemudian dilanjutkan oleh BHP Minerals International Inc yang bekerjasama dengan PT Aneka Tambang. Selanjutnya kedua perusahaan tersebut membentuk perusahaan baru yang bernama PT Gag Nikel pada tanggal 9 Februari 1998. PT Gag Nikel ini kemudian melakukan penandatangan kontrak karya dengan Pemerintah Indonesia untuk mengelola endapan nikel dan cobalt di Pulau Gag pada tanggal 19 Februari 1998.

Berdasarkan kajian sementara, maka cara  penaambangan endapan nikel akan dilakukan  dilakukan dengan cara penambangan terbuka. Hal itu didasarkan pada pertimbangan letak dari endapan tersebut berada pada kedalaman 0 – 15 meter dari permukaan tanah. Yang dimaksud dengan tambang terbuka adalah penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan tempat kerjanya langsung berhubungan dengan udara.

Keterkaitan Aktivitas Pertambangan dengan Lingkungan Hidup.

Berita adanya pencemaran di Teluk Buyat akhir-akhir ini menjadi pembicaraan yang ramai di masyarakat, sehingga timbul opini dalam masyarakat bahwa setiap aktivitas pertambangan akan menimbulkan kasus seperti di Teluk Buyat. Hal ini sebenarnya juga harus dikritisi oleh masyarakat, utamanya para pemerhatikan lingkungan hidup,  karena tidak setiap aktivitas penambangan akan menimbulkan dampak seperti   di teluk Buyat.

Khusus untuk penambangan endapan Nikel laterit di Pulau Gag, dapat digambarkan disini bahwa proses penambangan akan dilakukan secara mekanis dan tidak ada pemakaian bahan kimia, sehingga tidak akan menimbulkan dampak perubahan pada  aspek kimiawi di lingkungan sekitarnya.

Perubahan lingkungan akan terjadi pada komponen fisik, seperti bentuk lahan, peningkatan erosi tanah, meningkatnya kadar debu di sekitar lokasi penambangan dan lain-lain. Hal ini sudah diantisipasi oleh PT Gag Nikel dengan membuat  melakukan studi AMDAL.  

ENDAPAN NIKEL LATERIT DI JAYAPURA

Lokasi dan Kesampaian Daerah.

Lokasi endapan Nikel laterit dengan cadangan cukup besar berada di Desa Tablasufa dan Tanah Merah, Kabupaten Jayapura, sedangkan yang kecil berada di desa Amaybu dan Kirpon. Lokasi tersebut berjarak sekitar 61 km dari Kota Jayapura (Ibukota Provinsi Papua), 45 km merupakan jalan beraspal, sedangkan 15 km jalan timbunan. Lokasi tersebut, berada di Tepi Pantai Utara Jayapura. Di Depapre yang berada dekat dengan lokasi endapan terdapat beberapa tempat yang sangat baik untuk dijadikan pelabuhan.

Geologi dan Mineralisasi

Lokasi endapan nikel berada di kaki Pegunungan Cycloops yang tersusun oleh batuan metamorf dari jenis skis, gneiss, philit, amphibolit, marmer dan horfels. Bagian sayap bagian selatan sekuen batuan ini dibatasi oleh suatu sekuen endapan sedimen laut dangkal. Sekuen sedimen ini biasa disebut dengan Formasi Nubai yang tersusun oleh batugamping yeng berinterkalasi dengan marl, batupasir, tuff greywake dan tuff. Formasi Nubai berinterkalasi dengan Formasi Auwewa yang tersusun oleh batuan vulkanik intermidiate yang terdiri dari basalt, diorit, lava andesitik, aglomerat dan tuff. Endapan berumur Miosen tengah sampai akhir yang menyusun Formasi Makats terrsusun oleh greywake dan batulempung ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Auwewa. Endapan yang terjadi sepanjang Pliestosen sampai Kuaeter terjadi di daerah pantai yang tersusun oleh reef dan batugamping bioklastik. 

Inti Metomorf  Cycloops dipengaruhi oleh sekuen ophiolit yang berumur Kapur akhir hingga Awal Miosen. Komplek ophiolite tersusun oleh peridote, dunit, gabro, dan serpentinit yang merupakan segmen sesar pembatas  dari kerak samudera Pacifik dengan Australia 

Batuan ultrabasa yang menyusun komplek ophiolite merupakan batuan induk dari endapan Nikel-Cobalt laterit dan endapan chrome. Pembentukan endapan Nikel –Cobalt Laterit ini terjadi selama tersier .  Pemboran dan parit uji pada limonit  yang merupakan bagian dari endapan nikel laterit,  telah memberikan petunjuk bahwa ketebalan endapan tersebut sekitar 15 meter. Karakteristik dari Komposisi  endapan nikel laterit di lapangan menunjukkan bahwa proses pendendapan nikel tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim tropis. Kandungan besi yang tinggi berada pada bagian permukaan dengan kandungan nikel kurang lebih 1,55% dan 0,11% cobalt, pada bagian saprolit kandungan nikel bertambah tinggi hingga mencapai 2%.  

Pada tahun 1968, PT Pasific Nikkel Indonsia (PNO), sebuah perusahaan konsorium yang dididirikan oleh United States Stell Corporation (43%), Koningklijke Nederlanche Hoogovens en Staalfabrieken NV (22%), Newmont Mining Corporation (15%), Wm.H.Mueler & Co. NV (10%) dan Sherritt Gordon Mines Limited (10%), telah selesai menyelesaikan pemboran tangan (diameter 5 cm), power augering (diameter 10 cm, siggle tube barrel), dan truck-mouted core drilling (diameter 10 cm, siggle tube barrel). PNI menyelesaikan 923 bor tanga, power auger, dan truck mounted core drill dengan toital kedalaman 6.800 meter. PNI melakukan pengukuran dan memperoleh petunjuk bahwa didaerah tersebut terdapat 9 lokasi endapan dengan total endapan 25,2 juta metrikton dengan kandungan nickel 1,55% , 0,11 % cobalt dan 1,1 nikkel cut off.

Tabel  Ringkasan hasil Pengukuran Endapan Nikkel – Cobalt Laterit Di Tablasufa dan Tanah Merah

Ni Cut Off

%

Tonnage

000’s

Nickel

Grade %

Cobalt

Grade %

Iron Grade

%

Strip Ratio

1.11

25,198

1.55

0.11

34.42

0.98

1.00

29,719

1.47

0.12

36.03

0.71

0.80

44,346

1.31

0.11

37.70

0.32

 


untuk Informasi lebih terinci hubungi:
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI PAPUA
JALAN SUMATERA NO 12 JAYAPURA 9115 PAPUA INDONESIA
Tel: 062-0967-533132
FAX: 062-0967-533133
Internet: pertambangan@papua.go.id

Send mail to pertambangan@papua.go.id with questions or comments about this web site.
Copyright © 2004 DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI PAPUA
Last modified: December 22, 2004