|
|
DAERAH
HORNA Sungai Tohu. Tersingkap di sungai Tohu, sebagai batuan
pengapitnya terdiri dari batulempung berwarna abu-abu muda yang mengandung
fragemen tumbuhan, kemiringan lapisan sekitar 10 ke arah tenggara, tebal
batubara bagian bawah 33 cm, sedangkan bagian atasnya sekitar 5 cm, antara kedua
lapisan batubara tersebut terdapat sisipan lempung
tebalnya sekitar 4 cm. Batubara berwarna coklat kehitaman, kusam
dan keras, termasuk dalam batubara kusam. Tersingkap di pinggir sungai Tohu, kemiringan lapisan 10, ke arah
tenggara. Tebal keselruhan lapisan batubara yang tersingkap sekitar 56 cm,
tetapi didalamnya terdapat sisipan dua lapisan lempung, tebalnya sekitar 8 cm
dan 18 cm, Secara megaskopis batubara berwarna coklat kehitaman, kusam, pecahan
konkoidal. Batuan pengapitnya batulempung berwarna abu-abu. Tersingkap dipinggir sungai Tohu yang membentuk
lipatan seret, kemiringan lapisan 50 60 ke arah barat daya. Tebal lapisan
sekitar 82 cm, secara keseluruhan dari bawah ke atas terdiri dari batubara kusam
25 cm, lempung karbonan 14 cm dan batubara kusam 15 cm. Batuan Pengapitnya
adalah lempung abu-abu Bukit Hitu Tersingkap di bukit Hitu sekitar 400 meter sebelah timur
S. Tohu. Panjang singkapan 100 meter, lebar 50 m, jurus dan kemiringan
lapisan N 100o E/15o . Tebal lapisan
batubara 39 cm, secara berurutan dari bawah ke atas terdiri dari
perselingan batubara kusam dan mengkilat setebal 26 cm, lempung 5 cm, dan
batubara kusam 8 cm. Bagian bawah berupa singkapan batulempung abu-abu muda,
sedangkan di atasnya tidak ada lapisan yang menutupinya. Merupakan sisipan batubara kusam tebalnya 15 dan 5
cm, terdapat dalam batulempung berselingan dengan batupasir berwarna abu-abu
keputihan, tersingkap di pinggir kali Temok dengan jurus dan kemiringan lapisan
N 105o E/20 o Tersingkap di sungai Temok Cabang Kanan, kedudukan batubara N 140o
E/23o . Tebal lapisan 76 cm, secara berurutan dari bawah ke atas
terdiri dari perselingan batubara mengkilat dan kusam 56 cm, lempung karbonan 15
cm dan batubara mengkilat 5 cm. Sebagai batuan pengapitnya adalah batulempung
masif berwarna abu-abu, tebal lempung bagian bawah tidak diketahui karena
sebagian tertutup air, sedangkan tebal bagian atas 1,2 meter. Tersingkap di pinggir S. Titeng dengan kedudukan lapisan batubara N
125oE/15o. Tebal lapisan batubara 70 cm, umumnya terdiri
dari batubara mengkilat, sebagian batuan pengapitnya batulempung berwarna
abu-abu tua dengan sisipan batupasir. Pada lokasi ini juga ditemukan batubara
setebal 50 cm. Tersingkap dipinggir Sungai Titeng, yaitu pada pertembuan antara 2 sungai.
Kedudukan lapisan N 125oE/25o. Jenis lapisan batubara
yangtersingkap dari bawah keatas adalah batubara mengkilat 70 cm, lempung
karbonan 10 cm, lempung 20 cm, dan batubara yang bercampur dengan lempung dan
mengandung sedikit resin setebal 20 cm. Di bagian bawah singkapan terdapat
lapisan lempung karbonan, sedangkan bagian atas tertutupi lapisan batupasir
halus Tersingkap di S. Roga I (anak sungai Tistohu) tetapi arah jurus
kemiringan lapisannya tidak jelas. Batuannya terdiri dari batubata mengkilat,
yang diapit oleh batulempung. (lokasi 80) Tersingkap di S. Roga I (anak sungai Tistohu), kedudukan lapisan batubara
N 65oE/75o, Urutan singkapan dari
bawah ke atas terdiri dari batubara mengkilat 22 cm, batulempung 60 cm,
batubara kusam 15 cm, batulempung karbonan 5 cm, batulempung abu-abu kecoklatan
yang bercampunr dengan tanah (2,7 m), batubara mengkilat 50 cm, lempung barbonan
20 cm, perselingan batubara mengkilat dan kusam sekitar 1,60 m. Namun tebal ini
belum pasti karena sebagian lapisannya tertutup tanah dan lempung karboan. Berdasarkan singkapan-singkapan yang ditemukan di lapangan, maka sungai
Tistohu di dekat Kampung Horna merupakan daerah batubara yang berpotensi. Dari
hasil rekontruki penampang di lokasi s-36 diperkirakan bahwa endapan batubara di
dekat Horna terdiri dari dari 4
lapisan, dengan jumlah ketebalan 4,5, sebaran ke arah timur dikorelasikan sampai
sungai Titeng yang jaraknya 3 km, sedangkan jarak sebaran le arah barat di
batasi sejauh 1 km, jadi panjang daerah potensi adalah sekitar 4 Km2. Mengingat
sudut kemiringan lapisan cukup besar 250 75o , maka
lebar daerah yang dianggap berpotensi dianggap sejauh 200
dari singkapan. Dengan asumsi berat jenis batubara sekitar 1,3 gram/cm3,
maka cadangan batubara di sekitar kampung Horna sekitar 4.5 juta ton. Perhitungan cadangan tersebut bersifat hipotetis. Kualitas batubara
ini telah dianalisis dengan menggunakan metode Air Dies Basis (ADB). Dari
10 contoh yang analisis didapat angka kisan nilai kalori 5820 m- 7935 kal/gr,
kadar belerang 0,21 1,78 %, kadar abu 2,1-1,5%, Karbon tertambat 44,3
51,8 %, zat terbang 40,3 49,43%, kelembaban 3- 16%. HGI 40 55. Dari 10
contoh yang analisis didapat angka angkar rata-rata nilai kalori 7003 kal/gr.,
kadar belerang 0,94 %, kadar abu 3,4 %, Karbon tertambat 48,1 %, zat terbang
44,90%, kelembaban 6,.8%. Singkapan batubara pada umumnya terletak di bagian bawah formasi
Steenkool dengan ketebalan mulai 5 cm 190 cm, pada umumnya merupakan
batubara mengkilat berlapis. S. Titoko. Batubara yang tersingkap di S. Titoko mempunyai jurus dan kimiringan N
120o E/30o, tebal lapisan 160 cm, hitam mengkilat, masif,
pecahan semi konkoidal, litotype batubaranya adalah batubara mengkilat, diapit
oleh batulempung karbonan, berwarna hitam, dan batupasir lempungan berwarna
abu-abu. Koordinat singkapan ini adalah 133o3330,75 BT dan 01o3715,28
LS. Pada lokasi 133o3355.21 BT dan 01o3726,25
LS juga ditemukan lapisan setebal 60 cm, dengan kedudukan N 135o E/35o
berwarna hitam mengkilat dengan kilat lemak, diapit oleh batulempung. Anak sungai Titoku Tersingkap pada koordinat 133o3352.05 BT dan 01o3709.51
LS, arah dan jurus kemiringan N 125o E/7o, tebal lapisan
batubara 165 cm , berwarna hitam mengkilat, kompak pecahan semi konkoidal,,
litotipe batubara mengkilat, diapit oleh batulempung di bagian bawah dan
batupasir di bagian atas. Berjarak 75 dari lokasi tersebut ditemukan singkapan
batubara dengan urutan, batubara ketebalan 50 cm pada bagian bawah, batulempung
setebal 7 cm, dan batubara
setebal 10 cm. Batubara berwarna hitam mengkilat, kompak, pecahan semi
konkoidal, litotipe adalah batubara mengkilat, di apit oleh lapisan lempung
pasiran pada bagian bawah, dan lempung abu-abu terang pada bagian atas. Di
sekitar lokasi tersebut juga ditemukan singkapan batubara setebal 80 cm, dengan
urutan sebagai berikut 50 cm pada lapisan pertama, 15 cm pada lapisan kedua, 5
cm pada lapisan ketiga dan 10 cm
pada lapisan keempat. Berjarak 500 meter dari lokasi di atas, ditemukan singkapan batubara
setebal 106 cm, dengan kedudukan N 120o E/22o yenga
tersusun oleh empat lapisan, yaitu -
lapisan
pertama berupa batubara mengkilat dengan ketebalan 30 cm, terletak pada lapisan
lempung setebal 200 cm. -
Lapisan
kedua berupa batubara mengkilatsetebal 60 cm yang terletak pada lapisan
batulempung setebal 400 cm -
Lapisan
ketiga ketebalan batubaranya sekitar 6 cm yangterlatak pada lapisan lempung
setebal -
Lapisan
keempat adalah batubara setebal 10 cm dengan diapit oleh batuibara setebal 20
cm. Berjarak 50 cm dari singkapan tersebut ditemukan singkapan 8 lapisan
batubara dengan tebal 220 cm, kedudukan
perlapisan N 120o E/25o., dengan ciri warna hitam
mengkilat, berlapis, pecahan semi konkoidal, litotipe adalah batubara mengkilat. Di lokasi tersebut juga ditemukan singkapan batubara setebal 160 cm
dengan kedudukan N 120o E/34o yang ditindis
oleh batulempung setebal 25 cm. Sungai Cicwa Tersingkap pada koordinat 133o3258.98 BT dan 01o3638.05
LS, dengan tebal batubara 100 cm, batubara berwarna hitam mengkilat, pecahan
semi konkoidal Berdasarkan hasil perhitungan dengan memakai rumus yang biasanya dipakai
untuk menghitung batubara, maka cadangan hipotetik di derah Igomo adalah sekitar
20 juta ton. Kualitas batubara ini telah dianalisis dengan menggunakan metode Air
Dies Basis (ADB). Dari 10 contoh yang analisis didapat angka kisan nilai
kalori 5820 m- 7935 kal/gr, kadar belerang 0,21 1,78 %, kadar abu 2,1-1,5%,
Karbon tertambat 44,3 51,8 %, zat terbang 40,3 49,43%, kelembaban 3-
16%. HGI 40 55. Dari 10 contoh yang analisis didapat angka angkar rata-rata
nilai kalori 7003 kal/gr., kadar belerang 0,94 %, kadar abu 3,4 %, Karbon
tertambat 48,1 %, zat terbang 44,90%, kelembaban 6,.8%. SALAWATI
SORONG Lokasi dan Kesampaian Daerah Daerah prospek terletak di daerah Salawati dan sekitarnya, Distrik
Salawati dengan posisi Koordinat 131o0140 131o1036
BT dan 1o00 1o06 LS. Daerah tersebut dapat dicapai
pesawat terbang dari Jayapura ke lapangan terbang di Jeffman, kemudian dengan
kapal motor dilanjutkan ke kota Sorong, dari Sorong dilanjutkan lagi Ke Pulau
Salawati dengan Kapal motor dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Untuk mencapai
pulau-pulau di sekitar daerah penyelidikan digunakan pula kapal motor yang dapt
disewa di Pelabuhan yang ada di desa Kelobo. Geologi Daerah prospek sebagian besar berupa dataran dengan sudut lereng kurang
dari satu derajad, perbukitan bergelombang menempati sebagaian kecil di bagian
barat dan timur daerah prospek. Daerah prospek umumnya merupakan rawa sagu dan
rawa bakau. Pola pengaliran sungai menunjukkan pola dendretik dan gradien sungai
kecil serta arus kecepatan lambat. Satuan batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan meliputi
satuan batuan dari Formasi Klasaman yang terdiri dari batupasir gampingan,
abu-abu, perlapisan kurang baik, bagian atasnya ditandai dengan batupasir
berbutir kasar, banyak mengandung gloukonit, hijau gelap seperti yang tersingkap
di bagian barat Warir Tengah dan Kelopo We. Kemudian diatasnya lagi dijumpai
batunapal, plastis, abu-abu, pasiran dan perselingan batupasir gampingan yang
keras dan lunak. Batupasir yang keras mempunyai ketebalan perlapisan kurang dari
39 cm, sedang batupasir yang lunak mempunyai perlapisan yang tipis. Di atas Formasi Klasaman secara tidak selaras diendapkan satuan
Konglomerat sele yang terdiri dari konglomerat Sele yang terdiri dari
konglomerat aneka bahan dengan ciri-ciri fragmen terdiri dari kuarsa, lapukan
granit, batupasir, dan batunapal. Bagian Bawah satuan ini berupa perulangan
batuan konglomerat berfragmen sangat kasar bergradasi hingga batulempung pasiran
yang mengandung sisa-sisa tanaman. Satuan ini ditandai dengan lapisan batubara
muda dengan ketebalan yang tidak konstan berkisar antara beberapa sentimenter
hingga 10 meter. Bagian atas dari satuan ini berupa konglomerat pasiran,
perlapisan kurang baik. Satuan konglomerat Sele ini tersingkap di Pantai bagian
barat P. Warir, bagian tengah P. Kabra dan P. Batimee, serta P. Salawati bagian
Selatan. Sedangkan lapisan batubara muda dapat dijumpai di S. Waiboe, di Desa
Kelobo, di P. Warir bagian selatan dan bagian timur. Satuan Paling muda di daerah penyelidikan berupa endapan asluvial pantai
dan sungai yang terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan sisa-sisa tumbuhan dari
rawa bakau dan rawa sagu. Struktur geologi yang dijumpai di daerah prospek berupa lipatan yang
cenderung berarah timur-barat dan sesar yang juga cenderung berarah timur-barat.
Gejala sesar ini dapat di amati dari kelurusan gawir di sepanjang jalan dari
daerah SP I sanpai SP II di Pulau Salawati. Potensi
Sumber daya Batubara Paling tidak ada 8 lokasi singkapan batubara dijumpai di daerah prospek,
yaitu : a.
Di
tepi Pantai Desa Kelobo (S3) Singkapan batubara di lokasi ini mempunyai kedudukan
N 284oE/75o, tebal lapisan 1,65 m, panjang singkapan
mencapai 30 meter, batubara ini berwarna hitam kecoklatan dan agak lunak, serta
mengandung sedikit pirit. b.
Di
tepi S. Waiboe Batubara di daerah ini berwarna
hitam kecoklatan, agak lunak, mengandung pirit (<1%), struktur sisa tumbuhan
kadang masing masih tampak. Kedudukan lapisan batubara N 330oE/9o,
dimensi singkapan sekitar 30 x 10 meter, ketebalan sulit ditentukan karena
terbatasnya singkapan dan diperlukan pemboran eksplorasi. Hasil analisa yng dilakukan di
Laboratorium Kimia Mineral Direktorat Sumberdaya Mineral di Bandung menunjukkan
bahwa batubara di daerah ini mempunyai kadar air 12,2%, kadar abu 2,9%, Nilai
Kalori 5600 Kal/gram, kandungan belerang 0,33%. Dalam klasifikasi ASTM termasuk
jenis brown coal. c.
Di
dekat S. Waiboe Batubara di lokasi ini hitam
kecoklatan, agak lunak, ketebalan 10 meter, kedudukan lapisan batubara N 270oE/70o
panjang tersingkap 50 meter. Hasil analisa yng dilakukan di Laboratorium Kimia
Mineral Direktorat Sumberdaya Mineral di Bandung menunjukkan bahwa batubara di
daerah ini mempunyai kadar air 13,1%, kadar abu 5,4%, Nilai Kalori 5315 Kal/gram,
kandungan belerang 0,42%. Dalam klasifikasi ASTM termasuk jenis brown
coal. d.
Di
Warir Batubara di daerah ini berwarna hitam kecoklatan, keruh, agak lunak,
perlapisan kurang baik, kedudukan lapisan N 275oE/15o.
Dimensi singkapan 8 x 13,30 meter dan ketebalan 67,2 meter. Batubara ini
tersingkap pada daerah perbukitan dengan sudut lereng 25o. e.
Di
S. Wailen Singkapan di lokasi ini mempunyai kedudukan lapisan
N 228oE/30o, berwarna hitam kecoklatan, agak lunak,
dimensi singkapan 2 x 4 meter, ketebalan 25 cm. Lapisan diatasnya berupa
batulanau gampingan, abu-abu, agak lapuk. Sedan lapisan bawahnya berupa lempung
abu-abu, gampingan, lunak. f.
Di
dekat dermaga Desa Kelobo Batubara di lokasi ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, kedudukan
perlapisan N 260oE/25o. Dimensi singkapan 21 x 2,9 m, tebal 2,3 meter. g.
Di
Lokasi S14 Batubara di lokasi ini berwarna coklat kehitaman, agak lunak, kusam,
kedudukan lapisan N 250oE/70o, tebal 16,8 meter. Kondisi
di sekitar singkapan berupa perbukitan bergelombang rendah. h.
Di
P. Reef (S9) Batubara di lokasi ini berwarna
hitam kecoklatan, agak lunak, kusam, kedudukan lapisan
N 210oE/30o. Dimensi
singkapan 19,9 x 29,8 m,
ketebalan belum dapat ditentukan karena perlu pemboran eksplorasi. Pada saat air
pasang pulau ini akan tenggelam. Untuk menghitung besarnya
sumberdaya batubara di daerah prospek digunakan batasan-batasan sebagai berikut
: a.
Penghitungan
cadangan hipotetik didasarkan pada rekontruksi posisi batubara dari
singkapan-singkapan tersebut di atas. b.
Penghitungan
dilakukan pada daerah yang ditutupi oleh lapisan tanah pada jarak miring tidak
lebih dari 300 meter. c.
Batas
pelamparan searah jurus dari singkapan batubara merupakan panjang maksimum dari
singkapan yang dihitung (p = panjang). d.
Jumlah
sumberdaya yang dihitung dihasilkan dari pengkalian p x 1 x tebal x berat jenis
batubara (diambil harga 1,3) e.
Ketebalan
batubara diambil dari ketebalan yang dianggap mewakili yaitu sekitar 5 meter di
bagian utara dan sekitar 10 meter di bagian selatan Dari batasan-batasan tersebut di
atas diperoleh cadangan sumberdaya hipotetik sebesar : Di bagian Utara
= 5600 m x 300 m x 5 x 1,3
ton/m3. =
10.920.000 ton Di bagian Selatan
= 6000 m x 300 m x 10 m x
1,3 ton/m3. =
23.400.000 ton Batubara di daerah penelidikan
secara umum mempunyai ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan, kusam, rapuh, dapat
mengotori tangan, sering diisi mineral lain seperti mineral lempung, sulfida
yang berupa pirit, dan kadang masih terlihat tekstur kayu, maka menurut Dieesel (1984)
jenis ini masih termasuk Fusain. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai
kalor rata-rata 5457,5 kal/gram, kadar air rata-rata 12,65%, kadar abu rata-rata
4,15 %, dan kadar belerang 0,37 %. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor,
utamanya menyangkut kualitas batubara yang berupa brown coal,
kedudukan perlapisan yang hampir tegak terutama di baghian tengah, serta
kondidi alam yang berupa rawa-rawa dan morfologi berupa dataran dengan
ketinggian kurang dari 50 meter dari permukaan laut, maka batubara di daerah ini
dapat dikembangkan sebagai energi alternatif di kota sorong dalam bentuk suatu
PLTGU mini yang mampu mensuplai kebutuhan tenaga listrik di kota tersebut.
untuk Informasi lebih terinci hubungi: |
Send mail to
pertambangan@papua.go.id with
questions or comments about this web site.
|